Oleh : Rizal Kasim (Managing Director Djongnesia)
Beberapa hari lalu tanpa di sengaja perbincangan ngalor ngidul teman-teman di kantor saya menyentuh bahasan MLM. Suasana tiba-tiba semakin seru dengan berbagai macam cerita unik teman-teman tentang bisnis MLM. Ada yang bercerita tentang temannya yg presentasi MLM nonstop kurang lebih 12 jam, hingga ke cerita teman yang sengaja menghilang dari pergaulan untuk sementara waktu hanya karena takut dikejar salah satu kenalan untuk ditawarkan binsis MLM. Sayapun sebenarnya punya pengalaman unik yang juga tidak baik mengenai MLM. Ya ada tiga bisnis MLM yang sempat menghampiri , bahkan ada sahabat saya yang selalu presentasi didepan saya setiap kali bertemu tentang bisnis yang menurut mereka menjanjikan ini.
Lnajut cerita, setelah obrolan sekitar satu jam itu saya baru sadar, loh kok semua cerita teman-teman tentang MLM 90% kedengarannya buruk bahkan ada yg bersuara . “wah hati-hati neh para mahasiswa baru, pasti banyak yg bakal jadi korban “ kata salah seorang teman kantor saya. Sebegitu burukkah bisnis MLM itu ? secara bisnis, MLM asyik-asyik saja menurut saya, ya bisnis yang disupport oleh perusahaan berdana besar plus networking dan para pembimbing yang bersemangat SUPERIOR. Tak lupa insentif MLM juga lumayan menjanjikan. Lalu kenapa bisnis ini seakan menjadi momok yg menakutkan bagi sebagian besar orang?. Jika mendengar kata MLM. Selalu saja sebagian besar orang berpendapat buruk, mulai dari kata bosan, penipuan lah, hingga kata pemakasaan diasosiasikan dengan MLM.
Melihat kondisi semacam ini, sungguh sangat disayangkan jika IMAGE MLM terus-terusan menjadi korban para agennya sendiri. Ya sebagian besar agen atau apalah istilahnya, menurut saya lebih banyak jadi PRESENTER saat menjual daripada Konsultan bisnis yang seharusnya mereka lakukan. Beberapa kali bertemu dengan lebih dari dua jenis bisnis mlm saya sadar bahwa para pemula dan bahkan orang lama masih mewariskan gaya PRESENTASI kepada para agen atau mitra lainnya.
PRESENTASI dapat dikatakan kendali dominan akan berada di pihak PRESENTER yang tidak lain adalah agen MLM. Lantas bagaimana mereka tahu “keinginan hati tedalam “ dalam istilah kerennya Insight target marketnya jika jatah bicara dominan di pihak agen? Bahkan ada yang setelah presentasi berharap dan sangat kelihatan meninginkan closing deal dengan sukses walaupun dengan cara sedikit memaksa Targetnya. Ya inilah yang menjadi masalah bisnsi MLM. Gaya menyebarkan informasi bisnis yang masih cendedrung PRESENTASI membuat orang bosan, merasa dicekoki info, bahkan cerita yang berlebihan. So apa solusinya?
Sebagai orang yang pernah mejadi audiens dari para presenter MLM saya merasa sebaiknya para agen MLM menggunakan gaya Consultative Selling. Yang dengan bijak memperkenalkan bisnis MLM tapi dengan lebih banyak menjadi Konsultan bisnis MLM. Sedikit berbicara dan lebih banyak menggali apa sebenarnya insight yang ada di dalam hati targetnya. Bukan mencecali dengan beragam cerita. Gaya consultative selling sebenarnya banyak digunakan oleh para Marketer di bidang property. Dan saya yakin dengan lebih bersfiat bijak sebagai konsultan yang tidak grasak grusuk IMAGE MLM akan lebih baik. Jadilah konsultan bukan PRESENTER bisnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar